Wednesday, December 17, 2008

GAJAH MADA, Sang Pemersatu Bangsa

Oleh : Anam Anis


Gajah Mada adalah tokoh legendaris yang bisa menjadi figur Pemersatu Bangsa. Kekaguman terhadap Gajah Mada yang begitu besar telah membentuk suatu mitos tentang dirinya. Sebagai suatu gejala, mitos, begitu kuat mempengaruhi perjalanan sejarah sampai berabat-abat lamanya. Sejauh masih dalam koridor kebudayaan dan perkembangan peradaban, mitos dapat merefleksikan dirinya dengan sejarah kekinian. Menurut Frazer, pada hakekatnya pikiran manusia itu tidak mau menerima begitu saja segala yang ditangkapnya dengan akal dan pancaindra. Secara naluriah, pikiran mencari sesuatu yang diangggap lebih nyata dan lebih kekal daripada kenyataan duniawi. Hal ini membentuk kecendrungan untuk membayangkan sesuatu pikirannya sendiri, terus menerus mencari sesuatu yang tersirat dibalik sesuatu. Sedangkan Locher, menyatakan “mitos” yang hidup dalam masyarakat (suku) di Indonesia merujuk pada kejadian-kejadian yang sekaligus berhubungan dengan masa lampau, sekarang dan akan datang.
Selama lebih dari enam ratus tahun kemudian sejak kemunculnya, Gajah Mada hidup disetiap hati masyarakat Indonesia melalui mitos, yang kadang-kadang begitu kuat mempengaruhi perjalanan sejarah bangsa. Itulah sebabnya sejarah Gajah Mada akan selalu bercampur dengan dongeng akibat mitos itu. Atas hal tersebut kita tidak bisa bebuat banyak. Temuan “Arca” di Trowulan, berupa arca tanpa badan dengan lubang pada kepalanya, yang kemudian disosialisasikan oleh Mohammad Yamin sebagai “wajah” Gajah Mada, dipercaya oleh masyarakat hingga kini. Semua patung dan gambar-gambar Gajah Mada yang sekarang dibuat selalu terinspirasi oleh arca tersebut. Sampai hari ini tidak ada seorang pun yang membantah. Apakah itu suatu kebenaran sejarah? ternyata tidak ada yang bisa menjawabnya. Masyarakat kita sudah terlanjur sangat meyakini, bahwa itulah wajah Gajah Mada sebenarnya.
Dari kajian leteratur, sangatlah tidak lazim seseorang diarcakan menurut wujudnya. Raja Dirajapun diarcakan sebagai dewa, seperti Raden Wijaya sebagai pendiri kerajaan Mojopahit diarcakan sebagai “Harihara” di Candi Simping atau Sumberjati. Begitu pula keturunan raja-raja semuanya diarcakan sebagai dewa, bukan wujud aslinya. Andaikata Gajah Mada diarcakan, tentu juga berwujud Dewa, karena seorang Gajah Mada identik dengan kebesaran Mojopahit. Dengan demikian pertanyaannya, mungkinkah arca tanpa kepala yang semula ditemukan di Trowulan tersebut merupakan wujud (wajah) asli Gajah Mada?
Gajah Mada sang pemersatu bangsa diwilayah nusantara telah mengabdi sepenuh hati pada negara dan bangsa selama berpuluh tahun. Peran Gajah Mada yang dimulai sebagai Bekel Bhayangkara pada masa pemerintahan Prabhu Jayanegara, kemudian diangkat menjadi Patih di Kahuripan dan di Daha Kediri, selanjutnya dimasa pemerintahan Tribhuanottungggadewi diangkat menjadi Maha Patih Amangkubhummi di kerajaan Mojopahit, hingga masa pemerintahan Prabhu Hayam Wuruk, dengan program politiknya sebagaimana tertuang dalam sumpah “Amukti Palapa”, telah mampu membawa Mojopahit kepuncak kejayaan dan zaman keemasan. Dengan falsafah kenegaraan “Bhinneka Tunggal Ika tan hana dharma mangrwa” Hayam Wuruk bersama dengan Gajah Mada, telah membawa seluruh rakyat Mojopahit, “Wilwatikta Agung” kepuncak kebesaran bangsa dan membawa seluruh rakyatnya mengalami kemakmuran, kesejahteraan dan keadilan. Gambaran kehidupan “toto tentrem kerto raharjo” ternyata dimulai dengan penegakan hukum tanpa pandang bulu dan tidak tebang pilih, hukum berlaku bagi siapa saja tanpa kecuali. Pejabat dan rakyat semuanya patuh hukum. Menentukan atau memutuskan seseorang telah bersalah secara hukum, tidak diperlukan waktu yang lama atau bertahun, sehinggga tidak ada peluang bagi seorang terdakwa untuk melarikan diri sebelum kasusnya diputuskan oleh lembaga peradilan.
Ucapan para para pejabat kerajaan, selalu dapat dipercaya oleh rakyat karena memang dapat dilaksanakan. Keberhasilan pembangunan merupakan buah kesungguhan dari seluruh bangsa di nusantara, menyatukan pikiran dan tindakan membangun negara bangsa dibawah kendali Raja Yang bijaksana Prabhu Hayam Wuruk bersama-sama dengan Mahapatih Amangkubhumi Gajah Mada.

No comments:

Post a Comment