Wednesday, December 17, 2008

Kerajaan Mojopahit Pada Masa Brawijaya III

Konsep Tanah Perdikan Berakhir Pada Rezim Soeharto 1979

Adalah Dyah Krtawijaya (Bhre Tumapel), raja ketujuh Kerajaan Mojopahit yang mendapat julukan sebagai Brawijaya III. Mengapa demikian?

Anam Anis-Mojokerto

Baginda Raja Brawijaya III naik tahta kerajaan pada tahun 1447 M dan bergelar Wijayaparakramawardhana, menggantikan Ratu Suhita (Raja Wanita) yang meninggal dunia. Penyebutan Dyah krtawijaya sebagai Brawijaya III tersebut karena raja ini memiliki nama yang berunsur Wijaya (keturunan Raden Wijaya) dan memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi, sehingga dikagumi rakyatnya.
Dalam Prasasti Waringin Pitu disebutkan bahwa Krtawijaya bersifat Dewa Wisnu, memiliki jiwa yang tinggi dalam pemujaan terhadap para Dewa dan diibaratkan matahari (mentari), menyilaukan mata, bersumarak bersih nirmala yang disebabkan kemegahan beliau karena pada tubuh sang raja mengeluarkan cahaya (aurora). Sudah barang tentu sang raja memiliki ilmu supranatural yang sangat tinggi.
Dalam Babad Tanah Jawi diceritakan bahwa dyah Krtanegara ini bernama Raden Hardiwijaya, putra Prabu Murdaningkung. Raden Hardiwijaya iai naik tahta dengan sebutan Prabhu Brawijaya III, dengan patihnya Panular II (Adipati Patih Demang Panular II- Pangeran Demang). Kehidupan Prabu Brawijaya III ini penuh kemewahan dan kebahagiaan. Bahkan dalam Prasasti Widjaya-parakrama-wardana, sebagaimana ditulis oleh Prof HM Yamin dalam bukunya Negarakrtagama Sapta-parwa, menguraikan: Dipertuan segala machluk yang menguasai seluruh duniadan tak ubahnya sperti yang tertua darisegala Dewa, nan mengatasi puncak bagunan segala raja-raja musuh, sehingga tak ubahnya sepeti Wisjnu yang mengirimkan tentaranya menuju segala penjuru alam, nan berjiwa pemujaan segakla pujian seluruh buana, yang menjadi daerah kekaguman tentang sekalian ilmu pengetahuannya, nan berwajah kembang tunjung utama, yang berseri-seri karena kelimpahan pujian dan kemegahan gilang gemilang, yang dihinggapi serangga tabuhan berbondongan, yaitula, seri mahkota sekalian raja-raja yang lain, nan berpelayan orang-orang utama diantara para musuh dikalahkan dan yang bergirang hati sehingga mengganti upah mereka dengan kegembiraan, seperti berlaku dengan para pelayan yang lain, nan bertubuh menjadi pujian segala orang yang mencari perlindungan padanya, karena gelisah dan berpecah-belah, nan bersifat lemah lembut seperti aliran batang air Gangga yang memiliki pengetahuan dan kemurahan, nan bersemangat dapat dibandingkan dengan suatu bangunan gedung dan yang berkatetapan sebagai kaki raja di gunung (Adri-sja yaitu Himalaya), raja yang mahaluhur dan mahatunggal, serta terpuji sebesar-besar diatas dunia jagad, nan menyedarkan muka segala manusia yang baik-baik, seperti Dang Rembulan mengembang bunga tunjung, nan menghilang gelap gulita pada watak manusia, seolah-olah berlaku sebagai sang mentari, nan mengarahkan wajah-muka kepada kebajikan yang mendekatinya, tetapi yang memalingkan muka dari segala keburukan, nan mengembara diatas bumi menyilaukan mata karena bersumarak bersih-nirmala disebabkan kemegahan beliau, yang bertegak gelar kerajaan berbunyi Wijaya-parakrama-wardana dan bernama kecil Dyah Krtawijaya. Sedemikian rupa pujian serta penggambaran tentang figure maharaja terhadap sang Prabhu Brawijaya III dalam prasati Wijaya-parakrama-wardana yang berasal dari Desa Surodakan (Trenggalek) bertarich tahun saka 1369 = Masehi 1447.
Dalam prasati tersebut juga sapat diketahui bahwa system pemerintahan yang dijalankan oleh sang Prabhu Brawijaya III menganut system pembagian kekuasaan (Distribution of Power) dan diatur melalui perintah Seri Paduka Maharaja. Sebagai contoh di bidang sengketa hokum, kewenangannya diberikan kepada Hakim Dharma Upapati. Pekerjan mereka memutuskan sengketa-sengketa hukum dan berbagai perselisihan. Adapun perintah Seri Paduka Maharaja dalam hal ini menyebutkan: 1. Pamegat Kandangan Tua: Dang Acarca Naradaya, yang putus pengajiannya dalam ilmu mantic agama Budha, 2. Pamegat Manghuri: Dan Acarca Taranata, yang putus pengajiannya dalam ilmu Waisjsika, 3. Pamegat Pamotan: Dang Arcaca Arkanata, yang putus pengajiannya dalam ilmu mantik dan bahasa, 4. Pamegat Kandangan Muda: Dang Arcaca Djina-indra, yang putus pengajiannya dalam ilmu mantik dan agama Budha.
Banyak tindakan-tindakan strategis yang diambil Paduka Raja Brawijaya III selama dalam menjalankan pemeritahan kerajaan, baik dalam menindak lanjuti konsep-konsep pemerintahan sebelumnya maupun kebijakan –kebijakan barunya. Tercatat tindakan populernya adalah pembentukan daerah-daerah perdikan (swasembada) yang masih bisa kita lihat sampai tahun 1979, karena setelah tahun tersebut tanah- tanah perdikan maupun tanah-tanah adat lainnya telah terhapus dengan UU No 5 Tahun 1979 Tentang Pemeritanhan Desa, yang mengatur tentang nama, bentuk, susunan dan kedudukan Pemerintahan Desa. Dengan berlakunya UU No 5 Tahun 1979 tersebut maka seluruh tanah-tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia , diseragamkan setatusnya sesuai dengan sistem hukum pertanahan di Indonesia. Sebagai konsekwensinya, bila semula didaerah perdikan memiliki kewenangan sendiri, seperti adanya kewenangan untuk mengatur jual-beli tanah, menetapkan dan memungut pajak di wilayah perdikan, semua kewenangan tersebut menjadi terhapus, bahkan wajib mengikuti segala aturan yang ditetapkan oleh Pemerintah Republik Indonesia sebagaimana terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Waktupun berlalu sesuai kebijakan pemeritah yang berkuasa, UU No 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dihapus dan diganti dengan UU No 2 Tahun !999 Tentang Pemerintahan Daerah, yang secara implisit telah mengatur tentang pemeritahan desa. Namun status dan kewenangan daerah perdikan sebagaimana telah pernah dibentuk berdasarkan perintah Seri Paduka Maharaja Sinuhun Prabhu Brawijaya III pada masa pemerintahan Kerajaan Mojopahit tersebut sudah tidak ada tempat lagi untuk kembali, sehingga semua hanya tinggal kenangan.
*Penulis adalah kelompok peduli Mojopahit, tergabung dalam Gotrah Wilwatikta, Mojokerto-Jawa Timur.

4 comments:

  1. Saya sangat mencintai majapahit dengan segenap jiwa raga...semoga Indonesia kembali jaya seperti zaman kejayaan
    majapahit

    ReplyDelete
  2. Bangga jadi keturunan Brawijaya 3😊

    ReplyDelete